DUMAI, JEJAK DIGITAL – Potret suram dunia pendidikan kembali mencuat di Kota Dumai. SMA Negeri 4 Kelas Jauh di Geniot yang berada di Kecamatan Sungai Sembilan, menghadirkan pemandangan yang jauh dari kata layak. Bangunan sekolah yang berdinding papan setengah dan jarang jarang, bangku plastik, serta meja belajar yang sangat sederhana membuatnya lebih mirip kandang hewan dibandingkan sebagai tempat menimba ilmu.
Ironisnya, dalam hitungan bulan, Indonesia akan merayakan kemerdekaan ke-80, namun masih ada sekolah yang kondisinya sangat memprihatinkan. Sebanyak 176 siswa dan siswi berusaha mengenyam pendidikan dengan segala keterbatasan, dibimbing oleh 10 tenaga pengajar yang juga harus berjuang di tengah fasilitas yang jauh dari memadai.
Salah seorang staf sekolah yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan bahwa sejak sekolah ini didirikan pada tahun 2017, tidak pernah ada perbaikan atau renovasi meskipun sudah beberapa kali diajukan ke dinas terkait. “Sudah sering kami ajukan, tapi tidak ada tanggapan. Dinas beralasan lahan sekolah ini merupakan kawasan hijau, padahal yang terlihat hanyalah hamparan perkebunan sawit,” ujarnya. Jum’at (21/03)
Ketika ditanya mengenai dana BOS, sumber tersebut enggan berkomentar lebih jauh, hanya menyebutkan bahwa pengelolaan dana tersebut merupakan kewenangan sekolah induk.
Di tempat terpisah, Ketua RT setempat, Sukada, ketika dikunjungi Tim jejakdigitalnews dikediamannya, Jum’at (21/03)membantah klaim bahwa lahan sekolah berada di kawasan hijau. Ia menjelaskan bahwa ada warga yang telah menghibahkan tanah seluas 2 hektare untuk pembangunan sekolah. Bahkan, atas inisiatif masyarakat dan bantuan dari KODIM 0320 DUMAI, tiga ruang kelas permanen sempat dibangun. Sayangnya, proyek tersebut kini terbengkalai karena diduga kekurangan dana.
“Kami sudah berusaha membangun sekolah yang layak dengan swadaya, tapi dana yang terkumpul tidak mencukupi. Sementara itu, dinas pendidikan baik tingkat kota Dumai maupun provinsi seakan menutup mata terhadap kondisi ini,” keluhnya.
Kekecewaan masyarakat semakin memuncak karena pemerintah daerah dinilai abai terhadap kondisi pendidikan di Sungai Sembilan. Saat ini, harapan besar disematkan pada Gubernur Riau terpilih, Abdul Wahid, agar mau turun langsung melihat kondisi sekolah ini dan mengambil langkah nyata untuk membangun fasilitas pendidikan yang layak.
Masyarakat, siswa, dan para tenaga pengajar berharap ada perhatian serius dari pemerintah, agar generasi muda bisa mendapatkan hak pendidikan yang layak tanpa harus berjuang di tengah kondisi yang tidak manusiawi. (Faisal Umar)